Cerita ini dulunya saya dapat dari salah satu teman friendsterku asal Malaysia
yg sudah saya edit (aslinya berbahasa Malay).
Bagi yg sudah pernah membacanya silakan langsung komen... :)
__________Alkisah...
dengan mata memancar penuh kebahagiaan,
"bisa saya melihat bayi saya, Dok..?"
pinta seorang Ibu yg baru saja melahirkan anak pertamanya.
Begitulah awal dari kisah yg saya tulis kali ini,
ketika gendongan itu sudah berpindah ke tangannya
dan ia membuka selimut yg membungkus wajah bayi lelaki mungil itu,
Ibu itu menahan nafasnya.
Dokter yg menungguinya pun segera berbalik memandang ke arah luar jendela.
Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah daun telinga..!
Na'udzubillahi mindhalik..
Namun demikian waktupun membuktikan,
meski tanpa daun telinga, pendengaran bayi yg kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu,
tetap bekerja dengan sempurna.
Hanya penampilannya saja yg memang nampak sedikit aneh.
Suatu hari anak lelaki itu berlarian pulang ke rumah
dan segera membenamkan wajahnya di pelukan sang Ibu sambil menangis tanpa henti.
Ibu itu sungguh bisa ikut merasakan bahwa hidup anak lelakinya pasti penuh dengan
kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak sambil berkata,
"Ibu... seorang anak laki-laki besar mengejekku.
Katanya, aku ini makhluk aneh, masa' anak manusia ndak punya daun telinga..."
Ibunyapun tak bisa berkata apa-apa lagi,
hanya tetesan air mata dan belai lembut yg sanggup ia berikan.
Waktu terus berlalu dan tahunpun berganti.
Anak lelaki itu sekarang sudah tumbuh dewasa.
Meski tanpa daun telinga, ia cukup tampan di balik ketidak-sempurnaannya.
Ia pun mulai disukai beberapa teman di sekolahnya.
Ia juga berbakat di bidang musik dan menulis.
Ingin sekali ia menjadi ketua kelas, namun Ibunya selalu mengingatkan,
"bukankah dengan menjadi ketua kelas itu nantinya kamu akan bergaul
dengan lebih banyak lagi remaja-remaja ya lain?
dan apakah kamu sudah siap dengan segala konsekwensinya, anakku??"
jauh di lubuk hatinya, Ibu itu merasakan trenyuh yg amat sangat.
Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter
yg bisa mencangkokkan daun telinga untuknya.
"Saya yakin saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya.
Tapi harus ada seseorang yg bersedia mendonorkan telinganya"
kata dokter itu.
Kemudian, kedua orang tua itu mulai mencari siapa yg mau mengorbankan telinga
dan mendonorkannya pada anaknya.
Beberapa bulan sudah berlalu.
Dan tibalah kini saatnya mereka memanggil anak lelakinya,
"Nak, seseorang yg tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya untukmu.
Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi.
Namun, semua ini sangatlah rahasia" kata sang ayah.
Alhasil, operasi pun berjalan dengan sukses.
Seorang lelaki baru pun tlah lahir.
Lelaki tampan dengan bakat musiknya yg hebat.
Kepiawaiannya dalam menulis pun mampu merubah dirinya menjadi kejeniusan tersendiri.
Ia pun menerima banyak sekali penghargaan.
Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.
Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus tahu siapa yg telah bersedia mengorbankan ini semua padaku.
Ia telah berbuat sesuatu yg besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."
Ayahnya menjawab,
"Ayah yakin kamu takkan bisa membalas kebaikan hati orang yg telah memberikan telinga itu."
Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan,
"Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasianya rapat-rapat.
Hingga suatu ketika, sebuah berita menyedihkan diterima oleh keluarga tersebut.
Di hari itu ayah dan anak lelaki itu harus menerima kenyataan,
berdiri terpaku di depan jenazah ibunya.
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...
Sang Ibu telah berpulang..!!
Dengan sangat perlahan, di sela-sela tetes air matanya,
sang ayah membelai lembut rambut jenazah ibu yg terbujur kaku itu lalu berkata lirih pada anaknya,
"Anakku, coba kamu sibakkan rambut Ibumu..."
Anak itupun menuruti apa kata Ayahnya, dengan tangan gemetar,
ia menyibakkan rambut Ibunya sehingga tampaklah bahwa
ternyata sang ibu tidak memiliki daun telinga lagi.
Klak..! Bagai tercekat kerongkongan anak itu
bahkan untuk sekedar menelan ludah saja, itu sangat sulit baginya.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,"
bisik sang ayah.
"Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?
Kecantikan yg sejati itu tidak terletak pada penampilan tubuh namun ada di dalam hatinya.
Harta karun yg hakiki itu tidak terletak pada apa yg bisa terlihat,
namun pada apa yg tidak dapat dilihat.
Cinta yg sejati tidak terletak pada apa yg telah dikerjakan dan diketahui',
tapi pada apa yg telah dikerjakan namun tidak diketahui."
Anak itupun hanya bisa menangis dan menangis tanpa henti sambil memeluk jasad Ibunya erat-erat,
"trimakasih Ibu... sungguh tak pernah terbayang olehku betapa besar pengorbananmu untukku..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar