# Ketika Allah menciptakan hati untukku, Dia berpesan agar berhati-hati untuk selalu menjaga hati senantiasa memenuhi dengan cinta terhadap-Nya, Rasul-Nya, agama-Nya, makhluk-Nya, dan semua yang telah dititipkan dan dianugerahkan kepadaku. Dia menginginkan agar hatiku selalu rendah hati, murah hati pada setiap urusan yang menyangkut makhluk-Nya dan besar hati atas setiap hal yang bisa membuatku kecewa, sedih, benci atau marah. Dia juga mengingatkan kepadaku untuk berhati-hati agar terhindar dari penyakit hati, tinggi hati, keras hati, atau sekedar berlama-lama dalam sakit hati.
# Ketika Allah SWT menciptakan akal untukku, Dia berpesan agar memenuhinya dengan ilmu untuk memudahkan jalan di dunia dan akhirat, mau dan mampu memikirkan mana jalan yang baik dan benar serta mana jalan yang buruk dan salah, jalan yang diridhai-Nya atau jalan yang dimurkai-Nya. Dia juga berpesan agar tidak melulu mengandalkan akal, setiap fikir dan keputusan yang dibuahkan dan akan diambil agar kukoordinasikan dengan hati, karena sungguh akal manusia itu terbatas, bisa salah dan ada kalanya berbohong, sedang keputusan dari hati tidak akan pernah salah dan berbohong (karena hati memang tidak bisa dibohongi), dia akan selalu menunjukkan kepada kebaikan dan kebenaran selama hati tidak pernah lepas dari Nur Illah.
# Ketika Allah menciptakan mata untukku, Dia berpesan kepadaku agar selalu senantiasa menjaga atas pandanganku dari hal yang tidak dihalalkan serta bisa mengundang murka-Nya,karena sungguh setiap kejelekan itu datangnya dari pandangan mata (benarlah kiranya pepatah yang mengatakan dari mata turun ke hati). Menyuruhku untuk selalu memandang dengan penuh kasih sayang atas setiap apa yang kujumpai. Dia juga mengingatkan kepadaku agar tidak memandang sesuatu dengan hanya sebelah mata, karena sungguh dengan dua mata itu lebih baik daripada satu, adakalanya mata yang satu melihat sesuatu itu adalah kejelekan, lalu kita langsung menafsirkannya sebuah kejelekan, padahal kita tidak tau nilai pandangan mata yang sebelahnya lagi karena sengaja kita tutupi. Dia mengingatkan kepadaku juga agar tidak selalu menjadi mata-mata (pencari-cari) yang sibuk dengan kesalahan orang lain, sehingga membuat aku terbuai dan lupa dengan kesalahanku sendiri. Dia meminta agar setiap pandanganku dikoordinasikan dengan hati agar pandanganku tidak salah dalam menilai setiap apa yang kulihat.
# Ketika Allah menciptakan lisan (lidah) untukku, Dia mewanti-wanti (baca: mengingatkan) dan untuk yang satu ini agar lebih hati-hati, karena bentuknya memang 'kecil', tapi ia luas jangkauannya kemana-mana,
Dia meminta agar selalu dan senantiasa membasahinya dengan dzikir kepada-Nya, melafazkan firman-Nya dan hanya mengeluarkan darinya kata-kata yang baik dan benar yang menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran. Dia mengingatkan padaku agar tidak terlalu pandai bersilat dengannya, menjaganya dari perkataan-perkataan kotor, kebohongan, perkataan manis-manis yang memabukkan, ghibah dan fitnah serta banyak lagi kejahatan-kejahatan dengannya. Allah telah menunjukkan betapa banyak orang-orang besar yang akhirnya menjadi kecil dan hina, gara-gara tidak bisa menjaga indra yang satu ini.
Dia juga meminta agar setiap perkataan yang akan keluar dari lisanku, terlebih dahulu mengkoordinasikannya dengan hati. Jika hati mengisyaratkan kebenaran maka sampaikanlah meski itu pahit, tapi jika hati mengisyaratkan itu tidak benar, maka diusahakan untuk menahannya meski seandainya aku sampaikan itu akan manis, serta apapun yang akan aku ucapkan agar juga di konsultasikan dengan akal, andai yang aku ucapkan itu akan menyakitkan pada hati dan diri orang lain, maka agar menahan karena sesungguhnya hati dan diriku juga akan merasakan yang sama andai perkataan itu tertuju kepadaku.
Dia juga mengimbau agar jika mampu lisan yang diamanahkan kepadaku agar digunakan untuk amar ma'ruf nahi munkar demi menolong agamaNYA.
# Ketika Allah menciptakan telinga untukku, Dia mengingatkan kepadaku untuk selalu mendengarkan firman-Nya; perkataan, nasihat, kritikan yang membangun, saran yang menguatkan dan kesemuanya yang baik-baik dan benar tanpa harus memandang siapa yang memberinya. Karena sungguh, "Lihatlah apa yang diucapkan, tapi jangan kau lihat siapa yang mengucapkan, jika yang diucapkan itu mengandung kebenaran meski itu dari seorang yang awam, maka ambillah, sebaliknya jika yang diucapkan itu mengandung keburukan, meski itu datangnya dari seorang yang alim maka tinggalkanlah."
Dia juga meminta ketika perkataan benar dan baik yang datang kepada salah satu telingaku agar menutup telinga yang sebelahnya lagi, serta segera menyimpan perkataan itu dalam fikir dan hati. Jangan sampai perkataan itu masuk sebentar saja, lalu kukeluarkan dari telingaku yang lain dengan seenaknya saja, tanpa mau mengambil manfaatnya.
Dia meminta agar setiap yang masuk kedalamnya cepat membuat kita berfikir untuk mengambilnya.
Kembali Allah meminta agar mengkoordinasikannya dengan hati, setiap apapun yang akan masuk kedalamnya agar selalu dan senantiasa membuat terang dan tenangnya hati, bukan membuat matinya hati. # Ketika Allah SWT menciptakan akal untukku, Dia berpesan agar memenuhinya dengan ilmu untuk memudahkan jalan di dunia dan akhirat, mau dan mampu memikirkan mana jalan yang baik dan benar serta mana jalan yang buruk dan salah, jalan yang diridhai-Nya atau jalan yang dimurkai-Nya. Dia juga berpesan agar tidak melulu mengandalkan akal, setiap fikir dan keputusan yang dibuahkan dan akan diambil agar kukoordinasikan dengan hati, karena sungguh akal manusia itu terbatas, bisa salah dan ada kalanya berbohong, sedang keputusan dari hati tidak akan pernah salah dan berbohong (karena hati memang tidak bisa dibohongi), dia akan selalu menunjukkan kepada kebaikan dan kebenaran selama hati tidak pernah lepas dari Nur Illah.
# Ketika Allah menciptakan mata untukku, Dia berpesan kepadaku agar selalu senantiasa menjaga atas pandanganku dari hal yang tidak dihalalkan serta bisa mengundang murka-Nya,karena sungguh setiap kejelekan itu datangnya dari pandangan mata (benarlah kiranya pepatah yang mengatakan dari mata turun ke hati). Menyuruhku untuk selalu memandang dengan penuh kasih sayang atas setiap apa yang kujumpai. Dia juga mengingatkan kepadaku agar tidak memandang sesuatu dengan hanya sebelah mata, karena sungguh dengan dua mata itu lebih baik daripada satu, adakalanya mata yang satu melihat sesuatu itu adalah kejelekan, lalu kita langsung menafsirkannya sebuah kejelekan, padahal kita tidak tau nilai pandangan mata yang sebelahnya lagi karena sengaja kita tutupi. Dia mengingatkan kepadaku juga agar tidak selalu menjadi mata-mata (pencari-cari) yang sibuk dengan kesalahan orang lain, sehingga membuat aku terbuai dan lupa dengan kesalahanku sendiri. Dia meminta agar setiap pandanganku dikoordinasikan dengan hati agar pandanganku tidak salah dalam menilai setiap apa yang kulihat.
# Ketika Allah menciptakan lisan (lidah) untukku, Dia mewanti-wanti (baca: mengingatkan) dan untuk yang satu ini agar lebih hati-hati, karena bentuknya memang 'kecil', tapi ia luas jangkauannya kemana-mana,
Dia meminta agar selalu dan senantiasa membasahinya dengan dzikir kepada-Nya, melafazkan firman-Nya dan hanya mengeluarkan darinya kata-kata yang baik dan benar yang menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran. Dia mengingatkan padaku agar tidak terlalu pandai bersilat dengannya, menjaganya dari perkataan-perkataan kotor, kebohongan, perkataan manis-manis yang memabukkan, ghibah dan fitnah serta banyak lagi kejahatan-kejahatan dengannya. Allah telah menunjukkan betapa banyak orang-orang besar yang akhirnya menjadi kecil dan hina, gara-gara tidak bisa menjaga indra yang satu ini.
Dia juga meminta agar setiap perkataan yang akan keluar dari lisanku, terlebih dahulu mengkoordinasikannya dengan hati. Jika hati mengisyaratkan kebenaran maka sampaikanlah meski itu pahit, tapi jika hati mengisyaratkan itu tidak benar, maka diusahakan untuk menahannya meski seandainya aku sampaikan itu akan manis, serta apapun yang akan aku ucapkan agar juga di konsultasikan dengan akal, andai yang aku ucapkan itu akan menyakitkan pada hati dan diri orang lain, maka agar menahan karena sesungguhnya hati dan diriku juga akan merasakan yang sama andai perkataan itu tertuju kepadaku.
Dia juga mengimbau agar jika mampu lisan yang diamanahkan kepadaku agar digunakan untuk amar ma'ruf nahi munkar demi menolong agamaNYA.
# Ketika Allah menciptakan telinga untukku, Dia mengingatkan kepadaku untuk selalu mendengarkan firman-Nya; perkataan, nasihat, kritikan yang membangun, saran yang menguatkan dan kesemuanya yang baik-baik dan benar tanpa harus memandang siapa yang memberinya. Karena sungguh, "Lihatlah apa yang diucapkan, tapi jangan kau lihat siapa yang mengucapkan, jika yang diucapkan itu mengandung kebenaran meski itu dari seorang yang awam, maka ambillah, sebaliknya jika yang diucapkan itu mengandung keburukan, meski itu datangnya dari seorang yang alim maka tinggalkanlah."
Dia juga meminta ketika perkataan benar dan baik yang datang kepada salah satu telingaku agar menutup telinga yang sebelahnya lagi, serta segera menyimpan perkataan itu dalam fikir dan hati. Jangan sampai perkataan itu masuk sebentar saja, lalu kukeluarkan dari telingaku yang lain dengan seenaknya saja, tanpa mau mengambil manfaatnya.
Dia meminta agar setiap yang masuk kedalamnya cepat membuat kita berfikir untuk mengambilnya.
# Ketika Allah menciptakan tangan untukku, Dia meminta agar menggunakannya hanya dengan jalan yang halal dan diridhai-Nya saja, memegang, membawa,makan dan minum, memukul, menunjuk dan banyak lagi aktifitas dengannya agar dengan jalan yang baik-baik dan dengan cara yang baik. Jangan sampai apapun kegiatan dengannya akan mengundang murka Allah, dengan mengentengkan yang syubhat apalagi jelas haramnya lalu memegang seenaknya.
Mengkoordinasikannya dengan hati, agar aku berhati-hati tidak sampai menggunakannya untuk hal-hal yang bukan hakku, atau belum jelas hakku atau bukan.
# Ketika Allah menciptakan kaki untukku Dia berpesan agar menggunakannya untuk mendekatkan diri kepadaNYA, melangkahkan kaki menuju rumah-Nya, atau majlis-majlis yang dijadikan tempat berkumpul untuk mencariNYA. Menggunakannya untuk mencari ilmu yang nafik, rezeki yang halal, dan perjalanan-perjalanan yang mengundang ridhaNYA, meski seberapa beratpun langkah yang harus kutempuh Dia meminta agar bersabar, karena dalam semua itu terkandung kebaikan untukku untuk memudahkan jalan di dunia lebih-lebih di akhirat.
Dia mengingatkan dengan jelas agar jangan sampai melangkahkan kakiku ke tempat-tempat maksiat, perjalanan yang mudharat, yang hanya akan melupakan tujuan utamaku mencari akhirat.
# Lalu masih banyak lagi pesan-pesan yang lain untuk anggota tubuhku yang lain yang InsyaAllah aku tidak tau berapa banyak jumlahnya, untuk apa fungsinya satu-persatu (karena Allah lebih tau, karena tidak ada satupun yang Allah ciptakan dan turunkan di bumi terkecuali ada manfaat dan hikmahnya untuk kita), lebih-lebih aku tidak akan pernah tau bagaimana Allah menciptkan itu, dan tidak ingin sekali-kali aku mencoba-coba untuk menirunya. Yang kesemuanya pesan Allah itu baik dan membawa kepada kebaikan, karena sungguh Allah tidak akan dholim kepada hambaNYA, melainkan hamba itu yang dholim pada dirinya sendiri.
Yang jelas hati adalah sumber dari setiap apapun yang ada di tubuhku, karena asalnya Allah itu menciptakan hati yang bersih untukku, lalu tergantung aku apakah akan selalu menjaganya agar tetap bersih dengan cinta kepada-Nya dan iman di dalamnya, ataukah akan membuat hatiku mejadi kotor, dengan titik-titik hitam salah dan dosa yang selalu kuteteskan kedalamnya.
Telah menjadi jelas jika hatiku bersih maka setiap anggota tubuhku yang lain akan ikut menjadi bersih dan melahirkan kebaikan. Sebaliknya jika hatiku kotor maka anggota tubuhku yang lain pun akan menjadi kotor dan melahirkan kejelekan.
Itulah sebagian pesan Allah untukku, agar selalu menjaganya hanya untuk mencari ridhaNYA dan tidak mengundang murkaNYA.
Karena sungguh itu semua adalah titipan, yang nantinya pada Allah sebagai penciptaNYA aku akan dikembalikan dan dimintai pertanggungjawaban, apakah aku telah berhasil menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadaku di dunia, "wa maa kholaqtul jinna wal insa illaa li ya'budun". Ataukah aku akan menjadi orang yang ternyata menyia-nyiakan penciptaan dari Allah dan tidak mensyukurinya.
Oia, 1 lagi aku lupa;
Subhanallah...,
Ketika Allah memberikan nafas untukku Dia tidak meminta uang muka, dan iuran tiap bulan,padahal telah berapa banyak nafas yang kuhirup sampai saat ini dan sampai mati, pasti jika ditarik bayaran, aku tidak akan pernah mampu membayarnya dengan apapun juga. Dia hanya meminta ketika nafas itu harus diminta lagi untuk kembali kepada Allah yang mengantarkannya adalah kalimah "Laa ilahaa illallaah Muhammadur Rasulullah", pendampingnya adalah iman dan Islam, dan gelar terakhir yaitu 'khusnul khotimah'.
'ya Robb, jadikanlah aku hamba yang selalu menjaga amanahmu dan pandai bersyukur atasnya'
InsyaAllah,
Amin ya Robbal 'Alamin...
Mengkoordinasikannya dengan hati, agar aku berhati-hati tidak sampai menggunakannya untuk hal-hal yang bukan hakku, atau belum jelas hakku atau bukan.
# Ketika Allah menciptakan kaki untukku Dia berpesan agar menggunakannya untuk mendekatkan diri kepadaNYA, melangkahkan kaki menuju rumah-Nya, atau majlis-majlis yang dijadikan tempat berkumpul untuk mencariNYA. Menggunakannya untuk mencari ilmu yang nafik, rezeki yang halal, dan perjalanan-perjalanan yang mengundang ridhaNYA, meski seberapa beratpun langkah yang harus kutempuh Dia meminta agar bersabar, karena dalam semua itu terkandung kebaikan untukku untuk memudahkan jalan di dunia lebih-lebih di akhirat.
Dia mengingatkan dengan jelas agar jangan sampai melangkahkan kakiku ke tempat-tempat maksiat, perjalanan yang mudharat, yang hanya akan melupakan tujuan utamaku mencari akhirat.
# Lalu masih banyak lagi pesan-pesan yang lain untuk anggota tubuhku yang lain yang InsyaAllah aku tidak tau berapa banyak jumlahnya, untuk apa fungsinya satu-persatu (karena Allah lebih tau, karena tidak ada satupun yang Allah ciptakan dan turunkan di bumi terkecuali ada manfaat dan hikmahnya untuk kita), lebih-lebih aku tidak akan pernah tau bagaimana Allah menciptkan itu, dan tidak ingin sekali-kali aku mencoba-coba untuk menirunya. Yang kesemuanya pesan Allah itu baik dan membawa kepada kebaikan, karena sungguh Allah tidak akan dholim kepada hambaNYA, melainkan hamba itu yang dholim pada dirinya sendiri.
Yang jelas hati adalah sumber dari setiap apapun yang ada di tubuhku, karena asalnya Allah itu menciptakan hati yang bersih untukku, lalu tergantung aku apakah akan selalu menjaganya agar tetap bersih dengan cinta kepada-Nya dan iman di dalamnya, ataukah akan membuat hatiku mejadi kotor, dengan titik-titik hitam salah dan dosa yang selalu kuteteskan kedalamnya.
Telah menjadi jelas jika hatiku bersih maka setiap anggota tubuhku yang lain akan ikut menjadi bersih dan melahirkan kebaikan. Sebaliknya jika hatiku kotor maka anggota tubuhku yang lain pun akan menjadi kotor dan melahirkan kejelekan.
Itulah sebagian pesan Allah untukku, agar selalu menjaganya hanya untuk mencari ridhaNYA dan tidak mengundang murkaNYA.
Karena sungguh itu semua adalah titipan, yang nantinya pada Allah sebagai penciptaNYA aku akan dikembalikan dan dimintai pertanggungjawaban, apakah aku telah berhasil menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadaku di dunia, "wa maa kholaqtul jinna wal insa illaa li ya'budun". Ataukah aku akan menjadi orang yang ternyata menyia-nyiakan penciptaan dari Allah dan tidak mensyukurinya.
Oia, 1 lagi aku lupa;
Subhanallah...,
Ketika Allah memberikan nafas untukku Dia tidak meminta uang muka, dan iuran tiap bulan,padahal telah berapa banyak nafas yang kuhirup sampai saat ini dan sampai mati, pasti jika ditarik bayaran, aku tidak akan pernah mampu membayarnya dengan apapun juga. Dia hanya meminta ketika nafas itu harus diminta lagi untuk kembali kepada Allah yang mengantarkannya adalah kalimah "Laa ilahaa illallaah Muhammadur Rasulullah", pendampingnya adalah iman dan Islam, dan gelar terakhir yaitu 'khusnul khotimah'.
'ya Robb, jadikanlah aku hamba yang selalu menjaga amanahmu dan pandai bersyukur atasnya'
InsyaAllah,
Amin ya Robbal 'Alamin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar