Jumat, 25 Maret 2011

♥♥ CINTA...?? Dari... Dan untuk siapakah...?? ♥♥

Teruntuk saudaraku yang saat ini sedang mendapatkan begitu banyak cinta  
namun  masih butuh waktu untuk menyadari bahwa ada banyak cinta di sekelilingnya, 
 cinta yang  begitu agung dan indahnya, met berjuang ya :D )   



Yang terlihat disamping adalah sekelompok anak yang dengan riang gembiranya bermain sampan kecil, mereka naik dan mendayung, 
ketika sampan itu tidak lagi seimbang satu atau dua anak terjatuh 
tapi sungguh mengagumkan ketika mereka terjatuh tidak ada kesedihan 
dan ketakutan di wajah mereka, justru yang ada adalah gelak tawa 
yang begitu renyahnya, dan setiap kali mereka jatuh, mereka naik lagi 
dan begitu seterusnya sampai mereka merasa capek dan lelah.  
Kenapa mereka begitu gembiranya? 





Ada banyak alasan mengapa mereka sangat gembira, mungkin yang pertama suasana 
yang mereka alami benar-benar lain dari yang biasa mereka alami serta rasakan 
dan yang pasti terasa menyenangkan dan menggembirakan karena mungkin ini 
benar-benar ajang refreshing bagi mereka. Atau ... mereka merasakan cinta dan 
kasih sayang itu masuk ke relung hati, jiwa dan raganya, yaitu cinta yang terjalin 
diantara mereka terbalut suasana alam laut yang mendukung dan mungkin sesungguhnya 
karena ada sesuatu yang lain yang tidak mereka sadari tapi bisa mereka rasakan yaitu 
bahwa mereka sedang merasakan cinta dan kasih sayang yang laut berikan 
kepada mereka dan mereka menyambut atau menerima uluran cintanya dengan gelak tawa 
dan canda. Dan itu yang akan menjadi tema coretanku kali ini.

ALLAH berfirman dalam AlQur’an ,
“Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada ALLAH. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji_NYA, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya DIA adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
(Q.S. Al Isra : 44)     



Dan juga dalam ayat_NYA yang lain, 
Tidakkah kamu tahu bahwasanya ALLAH, kepada_NYA bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya, dan ALLAH Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
(Q.S. An-Nur : 41) 
Dan juga dalam ayat_NYA yang lain,
 “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Dawud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud,’ dan Kami telah melunakkan besi untuknya.

(Q.S. Saba : 10)   



Cinta…, tentunya yang dirasakan sangat besar dan berarti bagi mereka dan sepulangnya nanti mungkin mereka akan fresh kembali dan siap memulai berbagai aktivitas dengan segala tantangannya. Namun sebenarnya siapakah  pemilik cinta yang sangat agung itu? Dialah ALLAH Sang Maha Pemilik Cinta dan sejatinya cinta yang laut berikan kepada sekelompok anak itu 
tidak lebih hanya dari seujung kuku atau bahkan seperti ketika kita mencelupkan jari kita ke air dan setelah diangkat ke permukaan, hanya bekas air itulah yang bisa kita rasakan sebagai 
bagian dari cinta_NYA di antara berjuta-juta cinta_NYA yang tidak mungkin kita hitung. Subhanallah!     


Cinta…, dengan atas nama itu ALLAh menciptakan semua  yang ada di alam semesta ini, termasuk laut dengan ombaknya yangbergulung-gulung, gunung yang menjulang tinggi, lembah yang indah, daratan hijau yang terhampar luas, perbukitan yang berlapis-lapis, atau bahkan segunung sampah dengan baunya yang menyengat juga terpancar cinta di dalamnya. 
Dan sungguh  hanya orang – orang yang berakal dan diberi petunjuklah yang bisa merasakan 
hawa cinta itu  sekaligus menyambut uluran cintanya dengan segala potensi yang dianugerahkan kepadanya.


ALLAH berfirman dalam kitab_NYA, 
“Barangsiapa yang ALLAH menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya DIA  melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki ALLAH kesesatannya, niscaya ALLAH menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.”
(QS. Al An’aam: 125) 



Dan, dalam ayat_NYA yang lain, 
“DIA_lah (ALLAH) yang menjadikan untukmu segala apa yang ada di bumi seluruhnya, kemudian DIA bertahta di langit dan disempurnakannya menjadi tujuh langit. 
Dan Dia Maha Tahu tentang segala sesuatu”
(QS.Al Baqoroh: 29).
Serta dalam ayat_NYA yang lain,

”Dan DIA telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya, 
(sebagai rahmat) dari pada_NYA. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar 
terdapat tanda-tanda (kekuasaan ALLAH) bagi kaum yang berfikir “  
(QS. Al Jatsiyah :13)


Cinta …, semua makhluk ciptaan ALLAH baik yang bernyawa maupun tidak mendapat anugerah itu sesuai dengan kadar beban kewajibannya masing-masing untuk menyalurkan energi cintanya. Hanya ALLAH Zat Yang Maha Tunggal, maka DIA  menciptakan segala sesuatunya tidak sendiri masing-masing ada pasangannya masing-masing. Ada siang ada malam, ada pagi ada petang, ada lautan ada daratan, ada puncak ada lembah, ada laki-laki ada perempuan, ada kebaikan ada keburukan, ada cinta yang diterima maka akan ada pula cinta yang diberikan. Begitula hakikat kehidupan ini, semuanya saling berkaitan dan dari situlah akan terpancar berbagai hikmah yang semuanya untuk kemanfaatan dan kemaslahatan diri kita.

Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. ALLAH  menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran ALLAH) bagi kaum yang memikirkan.
(QS. Ar Ra’du: 3)
 
Cinta…., sebagian orang mungkin memaknainya hanya sekedar hubungan cinta kasih antara suami dan istri, orang tua dan anak-anaknya, antar saudara, antar teman, dan yang pasti antar sesama manusia. Padahal aplikasi cinta jauh lebih besar dari sekedar antar sesama tapi juga terhadap seluruh apa yang ada di alam semesta ini, karena pada dasarnya mereka saling memberikan cinta yang mereka miliki dan darinya akan tumbuh bibit-bibit cinta yang lain  yang lebih agung dan mulia.   



Cinta…, ada sebuah analogi yang bisa kita cermati untuk lebih mendalami bagaimana karaketeristik cinta atau sifatnya. Adalah semua yang tercipta di jagad raya ini atas nama cinta, dan masing-masingnya sudah dianugerahi cinta dengan kadarnya masing-masing beserta beban kewajiban untuk menyalurkannya. Ibarat ilmu, semakin diamalkan semakin bertambah pengetahuan yang dimiliki, cinta juga demikian, ketika disalurkan maka cinta itu akan semakin bertambah karena tentunya ada interaksi yang hidup yang akan semakin memperkuat cinta tersebut.  

Cinta…, seperti atap sebuah bangunan maka supaya atap itu tetap tegak berdiri 

 dan kokoh maka harus ada yang menopangnya di bawah yaitu berupa tiang atau 
pondasi-pondasi yang kuat dan tentunya terbuat dari bahan yang bagus dan berkualitas super. Tiang-tiang itulah tempat penyaluran ‘energi cinta’ dari atap dan sekaligus tiang-tiang itu menopang atap agar tidak jatuh dan timpang. Namun, ketika salah satu tiang itu keropos 
dan jatuh tidak  kuat lagi untuk menopang atapnya maka kita sebagai pemilik atap  akan 
segera  mencarikan tiang-tiang yang lain agar atap tetap berdiri kokoh. Sama seperti sifat air 
yang yang selalu membentuk permukaan datar, ketika sebagian air itu kita ciduk, diambil maka dengan secepat itu pula air akan menetralisir untuk kembali membentuk keadaan seperti semula (baca: datar dan seimbang). Maka ketika kita kehilangan sebagian dari tempat penyaluran energi yang kita miliki, mampukah kita seperti air yang dengan segera kembali ke bentuk semula?     


Cinta…, seandainya kita memilikinya hanya satu saja  atau kita memprioritaskan cinta 
yang kita miliki hanya pada salah satu tempat, apa yang terjadi ketika dengan tiba-tiba cinta itu terenggut dari kehidupan kita? Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi, keterpurukan, kesedihan yang berkepanjangan, keputusasaan atau bahkan menutup diri dari apa yang ada di sekitarnya sekaligus mengikrarkan diri bahwa kitalah orang yang paling menderita. Dan itu 
adalah pelampiasan sebagian besar dari kita walaupun tidak menutup kemungkinan sebagian 
kita yang lain dengan bijak segera mencari tempat penyaluran cinta yang positif yang 
tidak akan membuatnya semakin tenggelam dalam kesedihan.

Maka wajarlah ketika seseorang yang bijak berkata, ‘milikilah banyak cinta, carilah 

tiang-tiang lain yang kokoh yang sewaktu-waktu akan menopangmu ketika sebagian cinta 
dari dirimu terenggut satu persatu’. Karena sesungguhnya hakikat cinta adalah memberi dan menerima, maka berikanlah cinta itu sebanyak yang kau miliki kepada sesorang yang juga akan memberimu banyak cinta sebanyak cinta yang dia miliki yang tentunya dalam bingkai yang positif, sehingga akan terpancar suatu hikmah yang semata-mata untuk kemanfaatan dan kemaslahatan diri kita.     


Cinta…, bagaimanakah bingkai yang positif itu? Dalam Islam cinta dan keimanan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Cinta yang dilandasi iman akan membawa seseorang kepada kemuliaan sebaliknya cinta yang tidak dilandasi iman akan menjatuhkan seseorang ke jurang kehinaan. Cinta dan keimanan laksana dua sayap burung. Al Ustadz Imam Hasan Al Banna mengatakan bahwa dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan. Bagaimana tidak, jikalau iman tanpa cinta akan pincang, dan cinta tanpa iman akan jatuh ke jurang kehinaan. Selain itu iman tidak akan terasa lezat tanpa cinta dan sebaliknya cinta pun tak lezat tanpa iman.

Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw: 

Barang siapa ingin memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya 
karena Allah swt. ( riwayat Imam Ahmad, dari Abu Hurairah ). Tidak heran ketika Uqbah bin 
Al Harits telah bercerai dengan istri yang sangat dicintainya Ummu Yahya, atas persetujuan Rasulullah saw hanya karena pengakuan seorang wanita tua bahwa ia telah menyusukan 
pasangan suami istri itu di saat mereka masih bayi. ALLAH mengharamkan pernikahan saudara sesusuan. Demikian pula kecintaan Abdullah bin Abu Bakar kepada istrinya, yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keagungan akhlaknya. Ketika ayahnya mengamati bahwa kecintaannya tersebut telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan ALLAH dan memerintahkan untuk menceraikan istrinya tsb. 
Pemuda Abdullah memandang perintah tsb dengan kaca mata iman sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya tsb demi mempererat kembali cintanya kepada ALLAH.


Subhanallah, pasangan tersebut telah bersatu karena ALLAH, saling mencinta karena ALLAH, bahkan telah bercinta karena ALLAH, namun mereka juga rela berpisah karena ALLAH. Cinta kepada ALLAH di atas segalanya.  Dari Anas ra, dari nabi saw, beliau bersabda: Ada tiga hal dimana orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu mencintai ALLAH dan Rasul_NYA melebihi segala-galanya, mencintai seseorang hanya karena ALLAH, dan enggan untuk menjadi kafir setelah diselamatkan ALLAH  dari padanya sebagaimana enggannya kalau dilempar ke dalam api. ( HR. Bukhari dan Muslim ).
Dari Abu Hurairah ra, rasulullah saw bersabda: Demi zat yang jiwaku ada dalam 
genggaman_NYA, kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling mencintai” ( HR Muslim )   


Cinta …, bagaikan lautan, sungguh luas dan indah. Ketika kita tersentuh tepinya yang sejuk, ia mengundang untuk melangkah lebih jauh ke tengah, yang penuh tantangan, hempasan 
dan gelombang dan siapa  yang ingin mengarunginya. Namun carilah cinta yang sejati, di lautan cinta berbiduk taqwa berlayarkan iman yang dapat melawan gelombang syaithan dan hempasan nafsu, insya ALLAH kita akan sampai kepada tujuan yaitu: cinta kepada ALLAH, itulah yang hakiki, yang kekal selamanya. Adapun cinta kepada makhluk_NYA, pilihlah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan kepada ALLAH dan Rasul_NYA. Bukan karena bujuk rayu setan, 
bukan pula karena desakan nafsu yang menggoda. Cintailah ALLAH, berusahalah untuk menggapai cinta_NYA.  

Cinta…, sesuatu yang agung dan mulia itu tidak serta merta kita miliki karena kita harus berjuang untuk mendapatkannya. Dalam Al Qur’an ALLAH  berfirman,  
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholih kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” ( QS. Maryam : 96 )  

Cinta…, untuk bisa memberi dan mendapatkannya kembali ibarat sebuah gelas yang 

selalu terisi dengan air penuh, ketika kita memberikan sebagian atau seluruh isi gelas itu 
kepada sesuatu yang lain maka setelah kosong apalagi yang bisa kita berikan? Maka isilah 
selalu gelas itu sehingga sebanyak apapun isi yang kita keluarkan maka tidak akan pernah 
kosong karena kita akan selalu mengisi, mengisi dan mengisinya kembali. Lalu apa yang 
harus kita lakukan agar gelas kita selalu terisi dan penuh? Maka beriman dan perbanyaklah beramal sholih.   



Terakhir tapi bukan yang paling akhir, terinspirasi dari sebuah lagu

“TERIMA KASIH GURUKU”

Pagiku CERAHKU MATAHARI BERSINAR 
Kugendong TAS MERAHKU DI PUNDAK 
Selamat PAGI SEMUA KUNANTIKAN DIRIMU
 Di DEPAN KELASMU MENANTIKAN KAMI 
Guruku TERSAYANG, GURU TERCINTA 
Tanpamu APA JADINYA AKU Tak BISA BACA TULIS,
 MENGERTI BANYAK HAL 
Guruku TERIMA KASIHKU 
Nyatanya DIRIKU KADANG BUATMU MARAH 
Namun SEGALA MAAF KAU BERIKAN   

“mampukah kita menjadi orang yang selalu memberikan segala ma’af untuk orang-orang yang selalu memberikan cintanya kepada kita dan kita pun selalu memberikan cinta kita kepadanya?” 

 Mendengar lagu itu ingatanku melayang suatu waktu dan tempat 4 tahun yang lalu, waktu itu ku masih menjadi pengajar sukwan di salah satu MI swasta di Laban, sebuah desa yang mungkin kalau namanya itu diambil dari bahasa arab berarti susu tapi kenyataannya Laban memang bukan peternakan penghasil susu sapi tapi justru konon dari sinilah sumber air bermula sehingga di kota Lumajang sumber air tak pernah kering.  

Kembali kepada ingatanku  4 tahun  yang lalu ketika ku berangkat mengajar dari rumah kira-kira jaraknya kurang lebih 1,5 km ke sekolah, sepanjang perjalanan setelah masuk sebuah jalan kecil arah kanan dari jalan raya Lumajang-Malang, beberapa murid laki-laki dan perempuan kelas 1 sampai 6 menyapa dan menyambutku dengan ucapan salam yang manis, 

“Assalaamu’alaikum Bu, selamat pagi” Sebuah ucapan do’a dari bibir anak-anak yang tulus 
yang masih belum punya dosa serta begitu  polos dan lugunya. Mungkin mereka tidak begitu mengerti bahwa ucapan salam yang setiap pagi mereka berikan kepada bapak dan ibu gurunya bermakna dalam sekali. Salam sejahtera, mereka mendoakan agar bapak dan ibu gurunya 
selalu diberi limpahan rahmat dan keselamatan sejak pagi hingga menjelang bel pulang sekolah. 


Dan kini baru kusadari bahwa aku… sangat merindukan saat-saat itu. Rindu akan celotehnya, tawa renyahnya, tangisannya, kadang ucapan-ucapan saat mereka bertengkar dengan temannya yang lain. Ya ALLAH… aku begitu merindukan suasana itu. Wajah-wajah polos dan bersih tanpa dosa, mereka menunggu kita untuk memberikan limpahan-limpahan kasih dan sayang yang kelak akan selalu mereka ingat sepanjang hidupnya walaupun kadang sebagian dari mereka hanya mengendapkannya di otak bawah sadarnya atau hanya di sudut kecil dan sempit ruang dihatinya.  

Dan sekarang aku hanya bertemu dengan anak-anak yang besar, ya sich mereka juga mengucapkan salam padaku dengan salam yang sama tapi aku merasakan rasa yang berbeda dengan rasa yang kurasakan 4 tahun yang lalu, mudah-mudahan ini hanya prasangkaku saja. Sejatinya mereka tetap anak-anak kita yang sama yang selalu  menunggu limpahan-limpahan kasih dan sayang kita lewat ilmu-ilmu atau nasehat-nasehat yang kita berikan kepada mereka dan yang juga akan selalu memanjatkan doa-doanya yang tulus untuk kebaikan kita para bapak dan ibu gurunya.  

Bagaimana kalau di lingkungan kerja di luar lingkungan sekolah, kantor misalnya, insyaALLAH setiap pagi kita selalu mendapatkan salam yang sama walaupun kita tidak bisa menjamin apakah ucapan doa itu benar-benar tulus dari dalam hatinya. Dan yang harus kita lakukan adalah positive thinking bahwa mereka mengucapkannya dengan tulus dan balaslah ucapan doa itu dengan ketulusan yang lebih dari ketulusannya, insyaALLAH itu akan menjadikan hari-hari yang kita 

lalui menjadi  hari yang menyenangkan dan insyaALLAH pula akan datang kebaikan demi kebaikan sesuai dengan prasangka baik kita, bukankah ALLAH  sesuai dengan prasangka 
hamba_NYA?  

Terakhir dan yang paling akhir adalah panjatan sebuah doa dari seorang sahabat ketika dia dengan hebatnya mengalami banyak siksaan dan hinaan  yang barangkali bisa memotivasi kita untuk menghimpun dan selalu menghimpun cinta ke dalam diri kita dan menguatkan diri kita 

bahwa tidak selamanya cinta yang kita berikan akan berbalas sesuai dengan keinginan kita 
karena boleh jadi ALLAH telah mempersiapkan balasan cinta untuk kita yang lebih mulia dan agung dari apapun yang kadang tidak sempat  terbersit dalam pikiran dan jiwa kita.

  “Ya Allah aku sangat bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah menganugerahkan aku begitu banyak cinta yang melebihi sakit dan kebencian yang dia berikan kepadaku sehingga aku bisa menjadikan cinta yang berlebih itu berwujud sebuah maaf yang tulus dan sebuah doa yang terpanjat untuk segala kebaikannya”  

Maka mudah-mudahan kita selalu menjadi orang yang pertama memberikan cinta dan 

memberinya dengan cinta yang lebih dari cinta yang diberikannya kepada kita dengan 
semata-mata mengharap rahmat dan ridho_NYA  

Wallahu a’lam bishshowwab.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto saya
@ Tuhan, Saat aku meyukai seorang teman, Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir, Sehingga aku akan tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir. @ Tuhan, Ketika aku merindukan kekasih, Rindukanlah aku kepada yang rindu kepada cinta sejati-MU, Agar kerinduanku kepada-MU semakin menjadi. @ Tuhan, Jika aku hendak mencinta seseorang, Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-MU, Agar bertambah kuat cintaku pada-MU. @ Tuhan, Ketika aku sedang jatuh cinta, Jagalah cinta itu, Agar tidak melebihi cintaku pada-MU. @ Tuhan, Ketika aku berucap aku cinta padamu, Biarlah kuakatakan kepada yang hatinya tertaut pada-MU, Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena-MU.